![Rhizopora atau Pohon Bakau](http://abuhaniyya.files.wordpress.com/2010/02/02rhizophora.jpg?w=250&h=300)
Munculnya akar di permukaan tanah adalah salah satu bentuk adaptasi
dari pepohonan di hutan mangrove. Mereka perlu bernafas. Dalam kondisi
tergenang air dan berlumpur, dimana pertukaran udara dari tanah ke
udara tidak memungkinkan, maka akar pohon harus mengejar udara. Mereka,
pepohonan di hutan bakau, tidak bisa diam saja di dalam tanah, karena
kondisinya berbeda dengan di tanah kering. Mereka tidak bisa bersembunyi
di bawah tanah karena tanpa udara mereka akan mati.
Hutan mangrove berdekatan dengan muara sungai, dimana lumpur baik
yang subur maupun yang beracun mengendap di sana. Pepohonan mangrove
rajin menambat lumpur dan racun dan mengikatnya hingga tidak berbahaya
bagi lingkungan. Maka kita lihat air laut tetap jernih di pesisir pantai
yang memiliki hutan mangrove yang masih bagus.
Hutan mangrove juga menahan gelombang besar yang menghantam pesisir
hingga warga sekitar merasa aman. Keberadaan pepohonan mangrove,
membuat air asin dari laut tertahan cukup disekitar pesisir dan pantai
saja. Ini membuat sumur-sumur masyarakat tetap dalam kondisi tawar dan
layak dikonsumsi.
Akar-akar mangrove yang muncul ke permukaan dengan berbagai bentuknya
tidak hanya berguna bagi dirinya. Akar-akar ini menyediakan ruang
bermain, bersembunyi, mencari makan dan bertelur bagi hewan laut seperti
ikan, udang, kepiting dan lainnya. Ikan dan hewan laut sangat terbantu
dari guguran daun, ranting, bunga dan buah mangrove yang telah
membusuk. Plankton, sumber makanan ikan dan hewan laut menjadi subur
karena banyak persediaan makanan di sana.
Bakau menjadi pelindung, penyirna bahaya, pelayan dan perjernih.
Bakau Sang Pelindung, ia sanggup menghadang ombak yang tinggi dan badai
yang ganas, mempertahankan tubuhnya agar pantai tak terkikis dan manusia
selamat dari badai dan bahkan tsunami. Ia menghalau badai agar tidak
merusak pesisir dan sekitarnya. Ia meredam ombak dan meniadakan
bahayanya.
Bakau sang Pelindung, melindungi kejernihan air dari lumpur-lumpur.
Ia tak kenal lelah menambat racun agar tidak berbahaya bagi yang lain.
Ia siang malam melindungi hewan air agar tetap hidup, tumbuh dan
berkemban biak. Ia begitu tulus memberi perlindungan sekaligus pelayanan
dengan guguran daun, ranting, bunga dan buah yang jadi sumber makanan.
Bakau Sang Penjernih, rela menangkap kotoran lalu menyerapnya agar
lumpur-lumpur tak merusak beningnya laut. Ia menjernihkan agar lumpur
dari sungai tak mengganggu asyiknya ikan-ikan bermain dan mencari makan.
serta hewan laut mendapat kenyamanan ketika bertelur.
Sungguh indah pelajaran dari pepohonan di hutan bakau atau mangrove.
Perbedaan jenis pohon, bentuk batang dan daun serta karakter yang unik
dapat menyatu dalam satu tujuan. Akar mangrove yang rela keluar
persembunyiannya demi untuk menyediakan perlindungan bagi lingkungan
sekitarnya. Akar yang menyembul dari tanah bukan simbol kesombongan,
namun lebih pada tuntutan adaptasi dan misi yang lebih besar. Bila kita
terus bersembunyi dalam beramal, tentulah sangat terbatas peran dan
manfaat yang dapat diberikan. Dengan muncul, tegak dan adaptif, maka
eksistensi diri makin kokoh dan karya kita akan membawa dampak manfaat
yang lebih luas. Tentu saja menampilkan amal tetap harus dilandasi
dengan keikhlasan.
Lingkungan dengan ombak ujian yang besar, angin badai masalah yang
tiba-tiba datang dan lumpur cobaan dari diri dan lingkungan luar,
seyogyanya dihadapi dengan meningkatkan daya adaptasi tinggi. Akar-akar
iman yang makin kokoh akan menopang amal atau karya sehingga melahirkan
amal yang melindungi, melayani dan menjernikan.
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir di Website SDN Ngunut 1
Jangan Lupa Like dan Komentarnya ...!